PEMANFAATAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI
TINGKAT PERSEKOLAHAN
Oleh :
Drs. ARIEF ACHMAD MSP., M.Pd.
A. Pendahuluan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disebut juga sebagai synthetic
science, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan
atau diobservasi setelah fakta terjadi (Welton dan Mallan, 1988 : 66-67).
Informasi faktual tentang kehidupan sosial atau masalah-masalah kontemporer
yang terjadi di masyarakat dapat ditemukan dalam liputan (exposure) media massa (Wronski, 1971 : 430-434), karena media massa diyakini dapat
menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun untuk
itu, informasi atau pesan (message) yang ditampilkannya-sebagaimana dapat
dibaca di surat
kabar atau majalah, didengarkan di radio, dilihat di televisi atau
internet-telah melalui suatu saringan (filter) dan seleksi dari pengelola media
itu untuk berbagai kepentingannya (misalnya : untuk kepentingan bisnis atau
ekonomi, kekuasaan atau politik, pembentukan opini publik, hiburan
[entertainment] hingga pendidikan).
Terlepas dari berbagai kepentingan yang melatarbelakangi pemunculan suatu
informasi atau pesan yang disajikan oleh media massa, kiranya tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa pada masa kini pertemuan orang dengan media massa sudah
tidak dapat dielakkan lagi. Tidaklah berlebihan kiranya apabila abad ke-21
disebut sebagai abad komunikasi massa
(Rakhmat, 1985 : 174). Bahkan dalam pembabakan sejarah umat manusia, McLuhan
(1964) menyatakannya sebagai babak neo-tribal (sesudah babak tribal dan babak
Gutenberg), yakni masa di mana alat-alat elektronis memungkinkan manusia
menggunakan beberapa macam alat indera dalam komunikasi. Adapun Toffler (1981)
menamakannya sebagai The Third Wave.
Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan
komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software),
akan membawa perubahan bergesernya peranan guru-termasuk guru IPS-sebagai
penyampai pesan/informasi. Ia tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya
sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Siswa dapat
memperoleh informasi dari berbagai sumber-terutama dari media media massa,
apakah dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan
majalah (media cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet. Sehingga
sistem pembelajaran yang cocok untuk mengelaborasi itu semua adalah sebagaimana
digagas oleh Morris (1963 : 12) di bawah ini :
Gambar 1. Sistem Pembelajaran
Adalah tidak berlebihan kiranya apabila Splaine (Shaver, 1991 : 300-309)
menyebutkan bahwa media massa
sangat berpengaruh di dalam pendidikan IPS. Hal ini didasarkan pada berbagai temuan penelitian yang menyiratkan,
antara lain :
1. Media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat;.
2. Media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi;
3. Orang-orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari media massa
daripada dari orang lain;
4. Para guru IPS perlu memberdayakan media massa
sebagai sumber pembelajarannya; dan
5. Para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama, dapat meminimalisasikan pengaruh negatif media massa dan
mengoptimalkan dampak positifnya.
Dari sini, maka dapatlah ditarik probematika sebagai berikut : Sudahkah
guru-guru IPS memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajarannya secara
efektif ?, dan Apakah para siswa sudah memanfaatkan media massa sebagai sumber
pembelajaran IPS? Tentu saja untuk menjawabnya diperlukan sebuah pembuktian
empirik!.
Namun, terdapat sebuah "amanat yuridis-formal" yang sudah semestinya
diimplementasikan secara praksis, yakni sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 35,
yang menyatakan bahwa "Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan
sumber belajar"; kemudian di dalam Penjelasannya ditegaskan bahwa :
Pendidikan tidak mungkin dapat terselenggara dengan baik bilamana para tenaga
kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung oleh sumber belajar yang
diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.
B. Pengertian IPS
Hingga saat ini, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hanyalah sebuah program
pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan
ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial
(social sciences), maupun ilmu pendidikan (Somantri, 2001 : 89). Social Science Education Council (SSEC) dan National
Council for Social Studies (NCSS) menyebut IPS sebagai "Social Science
Education" dan "Social Studies".
Pada tahun 1992, NCSS telah mendefinisikan IPS sebagai berikut :
Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to
promote civic competence. Within the school program, social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,
archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the
humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social
studies is to help young people develop the ability to make informed and
reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse,
democratic society in an interdependent world. (Stahl dan Hartoonian, 2003)
Sementara itu berdasarkan hasil rumusan Forum Komunikasi II HISPIPSI di
Yogyakarta (1991) dan menurut versi FPIPS dan Jurusan Pendidikan IPS, dapat
diformulasikan pengertian IPS, seperti dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Definisi IPS Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan IPS untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah Pendidikan IPS untuk
tingkat pendidikan tinggi
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari
disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan
menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan
Pancasila Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik
ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila
Sumber : Somantri, 2001 : 103.
Dengan demikian, maka untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah, IPS
diimplemementasikan sebagai Social Studies dan untuk tingkat pendidikan tinggi
sebagai Social Science Education. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Implementasi IPS di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
Menurut Depdikbud (1994), IPS yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar
mencakup bahan kajian lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan,
serta bahan kajian sejarah. Sedangkan
untuk jenjang pendidikan menengah didasarkan pada bahan kajian pokok Geografi,
Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah.
C. Pengertian Sumber Pembelajaran
Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977),
sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan
oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan
belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan
pembelajaran. Sumber pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu
:
1. Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by
design), yakni semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai
komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah
dan bersifat formal; dan
2. Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan
(learning resources by utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara
khusus didisain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan,
diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar-salah satunya adalah
media massa.
D. Media Pendidikan dan Sumber Pembelajaran IPS
Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka
lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam
proses pembelajarannya (Hamalik, 1985 : 23).
Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan diperlukan untuk membantu
guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS.
Diversifikasi aplikasi media atau multi media, sangat direkomendasikan dalam
proses pembelajaran IPS, misalnya melalui : pengalaman langsung siswa di
lingkungan masyarakat; dramatisasi; pameran dan kumpulan benda-benda; televisi
dan film; radio recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi
pembelajaran IPS; grafik, bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar,
buletin, folder, pamflet dan karikatur; perpustakaan, learning resources,
laboratorium IPS; serta ceramah, tanya jawab, cerita lisan, dan sejenisnya
(Rumampuk, 1988 : 23-27; Mulyono, 1980 : 10-12).
E. Pemanfaatan Media Massa sebagai Sumber Pembelajaran IPS
Dari beberapa batasan pengertian media massa
yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi (McLuhan, 1964; Bittner, 1980 : 10;
Wright, 1985 : 2-7; Susanto, 1980 : 2; NCSS, 2002) maka berikut ini sintesanya.
Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau
elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat. Pengertian "dapat" di sini menekankan pada pengertian,
bahwa jumlah sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada saat
tertentu tidaklah esensial. Yang penting ialah "The communicator is a
social organization capable or reproducing the message and sending it
simultaneously to large number of people who are spartially separated"
(Tan, 1981 : 73). Adapun bentuk media massa ,
secara garis besar, ada dua jenis, yaitu : media cetak (surat kabar dan majalah, termasuk buku-buku)
dan media elektronik (televisi dan radio, termasuk internet).
Media massa dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS, karena media
massa pada hakekatnya merupakan representasi audio-visual masyarakat itu
sendiri. Sehingga fenemona faktual yang terjadi di masyarakat, dapat secara
langsung (live) diliput dan ditayangkan media massa (melalui siaran televisi
atau radio, misalnya). Pemanfaatan media massa artinya penggunaan berbagai
bentuk media massa, baik cetak maupun elektronik untuk tujuan tertentu-yang
dalam kajian ini disebut sebagai sumber pembelajaran IPS.
Guru dapat memanfaatkan atau memberdayakan media massa
sebagai sumber pembelajaran IPS secara optimal dan efektif sehingga dapat
menunjang keberhasilan pembelajaran IPS melalui tiga cara, yaitu :
1. media massa dapat memperbaiki bagian konten
dari kurikulum IPS;
2. media massa
dapat dijadikan alat pembelajaran yang penting bagi IPS; dan
3. media massa
dapat digunakan untuk menolong siswa mempelajari metodologi ilmu-ilmu sosial,
khususnya di dalam menentukan dan menginterpretasi fakta-fakta sosial.(Clark,
1965 : 46-54).
Sebagai konsekuensi logis dari pemanfaatan media massa sebagai sumber
pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, maka menurut Rakhmat (1985 :
216-258), terdapat paling tidak empat buah efek pemanfatan media massa, yaitu :
1. Efek kehadiran media massa, yaitu menyangkut
pengaruh keberadaan media massa secara fisik;
2. Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui,
difahami, atau dipersepsi siswa;
3. Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang
dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa; dan
4. Efek behavioral, yaitu berkaitan pada perilaku
nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan kegiatan, atau
kebiasaan berperilaku siswa.
F. Penutup
Berdasarkan kajian teoretik, ternyata :
1. Kelemahan kadar pembelajaran IPS selama ini terletak pada, antara lain :
teacher centered, cenderung naratif/ekspositori, dan kurang mengoptimalkan
sumber pembelajaran (baik by design maupun by utilization).
2. Pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran, diyakini dapat
meningkatkan kadar pembelajaran IPS.
3. Media massa adalah sesuatu yang sangat
berpengaruh di dalam pembelajaran IPS.
Kemudian, berdasarkan kajian empirik, ternyata : para siswa-di tingkat
persekolahan yang memanfaatkan media massa sebagai sumber pembelajarannya
cenderung lebih baik hasil belajar IPS-nya daripada yang tidak memanfaatkannya.
DAFTAR PUSTAKA
AECT (1977). The Definition of Educational Technology, Association for
Educational Communication and Technology,.
Al Muchtar, S. (2000). Epistemologi Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Gelar Pustaka Mandiri.
Buntoro, T.M.R.S. (1977). "Penelitian mengenai Prestasi Sekolah Anak dalam
Hubungannya dengan Kegemaran Membaca". Jurnal
Psikologi Indonesia, 2, 43-54.
Clark, L.H. (1965), Social Studies and Mass Media. Plainfield ,
N.J. : New Jersey Secondary School
Teachers Association).
Galagher, N. (2002). Recognising Bias and Distortion in Television News
Programs. [Online]. Tersedia : http://hsc.csu.edu.au/pta/scansw/bias.htm.
[10 Nopember 2002].
Hamalik, Oemar. (1982). Media Pendidikan. Bandung
: Alumni.
Hasan, S.H. (1996). Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung
: Jurusan Pendidikan Sejarah-FPIPS IKIP Bandung .
Karnadi dan Sutisno, P.C. (Eds.) (2001). "Minat
Pelajar SMU dan Mahasiswa terhadap Pendidikan Demokrasi melalui Siaran
Televisi". Teknodik. V (9), 27-38.
McLuhan, M. (1964). Understanding Media : The Extensive of Man. New York : McGraw-Hill.
Mustofa, H. (2001). "Pemanfaatan Media Cetak dalam Pembelajaran IPS".
Jurnal Ilmu Pendidikan, 8 (4), 328-333.
NCSS. (2002). Strategies for Integrating Media Literacy Into the Social Studies
Curriculum. [Online]. Tersedia : http://www.mediad.org/studyguides/
Strategies for Integrating Media Literacy/html. [10 Nopember 2002].
NCSS. (2003). Curriculum Standard for the Social Studies. [Online]. Tersedia : http://www.ncss.org/. [14 Pebruari 2003].
Rakhmat, J. (1985). Psikologi Komunikasi. Bandung : CV. Remadja Karya.
Rumampuk, D.B. (1988). Media Instruksional IPS.
Jakarta : P2LPTK-Ditjen Dikti Depdikbud.
Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PPS-UPI
dan PT. Remadja Rosda Karya.
Splaine, J.E. (1991). "The Mass Media as An Influence on Social
Studies". Dalam Shaver, J.P. (Ed.) (1991). Handbook of Research on Social
Studies Teaching and Learning. New
York : MacMillan Publishing Co.
Sutisno, .P.C. (1999). "Pengaruh Media
Televisi terhadap Pendidikan : Kajian Dampak Media Massa". Teknodik. IV (7), 20-43.
Tan, A.S. (1981). Mass Communication Theories and Research. Ohio : Grid Publishing, Inc.
Tandowidjojo, JVS. (1985). Media Massa dan Pendidikan. Yogyakarta
: Kanisius.
Toffler, A. (1981). The Third Wave. New
York : Bantam Books.
Venus, A. (2000). "The Role of Media Educatioan in Developing Children`s
Critical Thinking Toward TV Programs". MediaTor, 1 (1), 57-61.
Waldopo. (2000). "Potensi Televisi sebagai Media Pendidikan dan
Pembelajaran". Teknodik. IV (8), 53-58.
Welton, D.A. dan Mallan, J.T. (1988). Children and Their World : Strategies for
Teaching Social Studies. Boston
: Houghton Mifflin Company.
Wronski, S.P. (1971). "Teaching of Contemporary Affairs", dalam
Deighton, L.C. (Ed.). The Encyclopedia of Education. Vol. 2. USA : MacMillan and Free Press
No comments:
Post a Comment